Rabu, 31 Agustus 2011


Leluhur orang Rote Ndao Tinggal Di Bulan?
JON YOSEP HENUK

Di kehidupan leluhur pertama orang Rote, mereka masih bergantung hidup pada perburuan binatang liar (hutan) atau kelautan dan perikanan, yang atau dalam tuturan dialeg syair Rote secara umum disebut, ara bei bambi leak, ma ara bei soru luak” do ara bei folu buluk ma ara bei raa matak, yang artinya, mereka masih berlindung di dalam jurang-jurang atau lubang-lubang goa dan mereka juga masih memakan daging mentah yang berbulu. Di peradaban itu, leluhur etnis Rote bisa dikatakan masih berada dalam kehidupan yang sangat primitif, serta belum mengenal bercocok tanam. Pada masa itu, segala bibit belum diturunkan ke bumi oleh leluhur etnis Rote yang bernama, LUSI MATA (Allah Bapak/Manaduk/Amak Matua Lain. Bibit-bibit tersebut, masih tergantung di cakrawala, sehinga ketika air hujan diturunkan ke bumi oleh penguasa MA HU LAIN (LANGIT) dan BELA HUN (BUMI), barulah dijatuhkan. Namun ketika itu segala bibit termasuk padi belum sampai di bumi, melainkan terkait di cabang dan puncak pepohonan kekak dan beringin yang tinggi dan rindang, atau dalam syair setempat dikatakan, “bini bĂȘtes do nggee hader iar, ara baes sara mai dee, ruma bebenggu belu kekan baen ma sar lalae nunuk oen. Tehu neu naa, ara bei tadas sara rai lali naruk karaa ma, numa moo loak karaa. Neu lelek na dula dalek taa ma malelak beik, dee ara taa bei tao osir do thiner. Boe ma neu faik esa, boe ma ara seles sara numa uma lutu kota tana duan. Dee, boe ma ara rabuna dua ma ara ra doo telu. Tehu ara kekos sara ba’u-ba’u mai. Dee ara tandes ma ara seles sara numa tekeme. Tehu neu faik esa, boe ma ara lalis do ara kekos la’o-la’o mai. Dee ara tandes ruma lee lain ma lole. Boe ma, losa faik ia, bini bĂȘtes do ngge hader iaar ta mana basak nai lelain do lole daen”. Artinya, bahwa pada mulanya, segala bibit tanaman termasuk padi, saat dibagikan kepada manusia tidak langsung berada di bumi, melainkan masih bergantung di cakrawala. Lalu di suatu hari, ketika air hujan diturunkan oleh penguasa atas MA HU LAIN (LANGIT) dan BELA HUN (BUMI), barulah segala bibit termasuk padi inipun dijatuhkan. Namun ketika itu segala bibit termasuk padi belum sampai di bumi, melainkan terkait di cabang dan puncak pepohonan kekak dan beringin yang tinggi dan rindang. Kemudian, dari tiupan angin dan desiran hujan, barulah mereka jatuh ke bumi dengan mendiami hamparan padang-padang luas. Tetapi berhubung hikmat dan pengetahuan waktu itu belum dimiliki oleh para leluhur, maka mereka belum dapat berpikir untuk berbuat apa yang disebut ladang, kebun dan sawah. Selanjutnya, suatu ketika baru mereka mengambil dan menanamkan segala bibit termasuk padi tersebut, di atas setiap pagar rumah tersusun dan berlapis dua. Di samping itu, segala jenis bibit termasuk padi masih bertunas, berbuah dan berpulir satu, tetapi bila dimasak (ditanak), cukup untuk dimakan bersama.

Pantangan Yang Dilanggar
Datang pada kehidupan salah seorang leluhur etnis Rote bernama, Se’u Randa (Bei Se’uk/Bula Se’uk/Bula Randa ) bersama dua orang cucunya, masing-masing antara lain, Leleru Ledoh dan Pemaroh Bulan, hal semacam ini tidak berlaku lagi hingga kini, karena keduanya melakukan kesalahan yakni melanggar janji Seu Randa (Bei Sei;uk). Adapun ceriteranya sebagai berikut, pada suatu hari BEI SEI’UK (SE’U RANDA) yang hendak pergi melaut, meninggalkan pesan kepada ke dua anaknya itu untuk menanak nasi. Bei Sei’uk dalam dialeg etnis Rote secara umum, artinya; Moyang/Nenek/Oma. Sedangkan SEI’UK adalah namanya. Pesan Bei Sei’uk (Se’u Randa) kepada kedua cucunya, bahwa bila menanak nasi, maka jangan ambil dan menggunakan biji yang utuh, melainkan ambil atau pakai sebahagian dari satu biji yang dibagi menjadi beberapa bahagian tersebut. Setelah pesannya disampaikan, lalu pergilah BEI SEI’UK mencari ikan di laut. Air laut yang kembali pasang, karena asyik mencari ikan hal ini tidak diketahui oleh Bei Sei’uk. Sementara, kedua cucunya pun karena sibuk bermain congkak, (sejenis permainan anak-anak), mereka lupa menanak nasi. Keduanya baru ingat dan sadar akan apa yang dipesankan oleh nenek mereka, lalu tergesa-gesalah mereka menanak nasi. Akibat sikap tergesa-gesa inilah, apa yang dipesan oleh sang nenek, mereka melupakannya. Akibatnya, air dari nasi yang ditanak tersebut, mengalir sampai ke laut dan menyebabkan seluruh anggota tubuh BEI SEI’UK luka dan terkelupas.
Leluhur Ke Bulan
Karena musibah yang dialami, BEI SEI’UK pun langsung pulang ke rumah dengan penuh amarah. Begitu dirumah dan mengetahui apa yang dialami adlah ulah dari kedua cucunya, maka Bei Se’uk memasang eda huk (tangga) ke Bulan dengan membawa semua peralatan membuat kapas bersama ke empat ekor anjing miliknya masing-masing, kiri-kiri kii nduk kiri-kiri, lai londa kona nduk lai londa, masoro dulu nduk masoru, lai langga dulu nduk lai langga. Menginjakan kakinya di Bulan, Bei Sei’uk lalu menarik tangga tersebut dan kedua cucunya tinggal di bumi sampai saat ini. Setelah kepergian Bei Se’uk, kemudian Leleruh ledoh dan Pemaroh Bulan berubah wujud menjadi beberapa jenis burung. Salah satu garis keturunan dari Leleru ledoh dan pemaroh Bulan adalah burung TERKUKUR yang hingga saat ini selalu mencari-cari atau memanggil neneknya dengan suara panggilan, SEI’UK KUU KUU KUU. Lebih dari itu, karena menurut etnis Rote, bahwa karena yang berdiam di Bulan adalah leluhur (nenek moyang) mereka, maka ketika terjadi peristiwa Gerhana Bulan atau Gerhana Matahari, setiap keturunan mereka dilarang keluar rumah untuk memandang ke bulan atau matahari. Bagi yang melanggar, matanya akan menjadi rabun atau katarak. Belakangan ini, karena pengaruh ilmu pengetahuan maka pantangan ini hampir tidak berlaku lagi. Berikut garis keturunan orang Rote dari sebelum ADAM (lihat Kitab suci orang Nasrani dan Alquran Kitab suci orang Islam). Menurut tuturan para tetua adat, bahwa pada zaman sebelum ADAM, laki-laki dan perempuan bisa melahirkan. Berikut garis keturunan sebelum ADAM. HATU KIUK (gelap/laki-laki) mengawini DEDEU LEDOK/MANGGA LEDOK (terang/perempuan) beranak : LEDO HORO (perempuan/matahari) dan BULA KAY (laki-laki/bulan).
LEDO HORO (MATAHARI) beranak :
1. ADU LEDOH
2. PEE LEDOH
3. SA’U LEDOH
4. PEMARO LEDOH
5. MALADA LEDOH
6. MALOLE LEDOH
7. LELERU LEDOH
BULA KAY (BULAN) beranak :
1. NDU BULAN
2. MASI BULAN
3. MALOLE BULAN
4. MALADA BULAN
5. MATARA BULAN
Dari sekian anak MATAHARI dan BULAN terdapat beberapa orang yang berprilaku jahat dan dikenal sebagai pencabut nyawa manusia oleh etnis Rote yaitu, LELERU LEDOH (BATZABUR), MATARA BULAN (LEGION), PEMARO BULAN (KUNTILANAK). Dalam tuturan etnis Rote, PEMARO BULAN biasa disebut, MARO atau oleh masyarakat umum di NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) dinamai, KUNTILANAK atau BUNTIANAK. PEMARO LEDOH beranak RAI AI MORI.
Kemudian RAI AI MORI beranak :
1. PINGGA RAI
2. NA RAI
Lalu PINGGA RAI beranak 12 orang anak yang jahat. Menurut kepercayaan etnis Rote, dari kedua belas anak inilah mendatangkan wabah penyakit bagi segenap keturunannya, yaitu :
1. KATOBIK RAI (Suhu Badan Panas Tinggi)
2. MANGGARAUK RAI (Penyakit Aneh Yang Mematikan)
3. BISU MBAES RAI (Bisul Bernanah)
4. DIO MANEK RAI (Bisul Raja)
5. BO BO’OK RAI (Batuk Berdarah)
6. LOTO RAI (Sejenis TBC)
7. AMBE RAI (Sejenis TBC)
8. NATA RAI (Batuk Tahunan)
9. MU TADAA RAI (Sejenis Batuk Berdarah)
10. SINGGO LANGGA RAI (Sakit Kepala)
11.TEIK KAFEO RAI (Sejenis Sakit Perut Karena Angin Jahat)
12. TAI KAMBETA RAI (Sejenis Sakit Perut Karena Angin Jahat
Kedua belas anak BULA KAI inilah dalam dunia medis dikenal dengan dua belas jenis penyakit. LELERU LEDOH beranak DO LERU. DO LERU adalah seorang perempuan janda. Dari DO LERU inilah sejarah janda, balu, fakir miskin pertama kali terjadi di dunia. MATARA BULAN (LEGION) beranak TAU TARA. Setelah MATARA BULAN meninggal, arwahnya berprilaku menjadi jahat dan tidak segan-segan mencabut nyawa manusia yang dikenal bernama, LEGION (dalam Kitab orang Nasrani dan Kitab orang Islam). Dari kematian MATARA BULAN, sejarah pertama kali terjadinya kematian di dunia. Sementara status TAU TARA yang ditinggalkan ayah dan ibunya, merupakan anak yatim piatu pertama di bumi (dunia). LEDOH HORO (MATAHARI) dan BULA KAY (BULAN) selalu disebut dalam tuturan syair etnis THIE MAU yang berbunyi, “ SEE LEO LEDO HORO FOO, MANA TESA TODAK, MA SEE LEO BULA KAY FOO MANA MOPO MORIK, ”yang artinya, “kehidupan manusia mana yang sama seperti MATAHARI yang selalu terbit dan terbenam. Siapakah yang kehidupannya seperti BULAN, yang bisa muncul dan menghilang”. Mereka menegaskan pula, bahwa di kehidupan awal, MATAHARI dan BULAN yang dianggap ayah dan ibu, bersaudara dengan LANGIT, BUMI, BINTANG, KILAT, PETIR, ANGIN, BADAI, HUJAN, BATU, AIR dan LAUT. Dasar inilah, setiap hadir di pulau–pulau yang ditempati, mereka selalu membaginya menjadi dua bahagian, misalnya di Kepulauan Rote, bagian timur disebut dengan LEDOH SOU/LEDOH TODA, yang artinya, MAHATARI TERBIT. Sementara Kepulauan Rote bagian barat dinamai, LEDOH TESA/LEDOH TENA, yang artinya MATAHARI TENGGELAM. Hal lain, misalnya dalam membangun rumah tinggal atau adat, tiang penyangga (TIANG NOK/DII TOAN) yang terdiri dari dua (2) buah dianggap sebagai simbol MATAHARI dan BULAN. Tiang bagian TIMUR menurut penilaian mereka adalah MATAHARI dan berpredikat sebagai ayah. Sedangkan tiang bagian BARAT adalah ibu. Dalam mendirikan rumah adat, tidak boleh salah meletakan atau menempatkan bagian-bagian tertentu, karena kalau tidak pemilik rumah dan keluarganya akan terkena tulah atau terancam nyawanya. Kepercayaan semacam ini masih berlaku di kalangan etnis THIE MAU. Kedua tiang nok tersebut dianggap memilki kekuatan magis dan sakti, misalnya kalau ada saudara yang pergi merantau dan tidak pernah kembali, kemudian mereka menginginkannya pulang dalam waktu singkat. Mereka akan menggantung sebotol arak keras atau dalam dialeg etnis THIE MAU disebut, ARA OE LANGGAK pada celah tiang nok bagian timur. Setelah di gantung, arak itu diambil lagi, lalu dituangkan di dalam sebuah gelas. Kemudian sambil memegang gelas yang terisi arak, mereka pergi dan memeluk tiang bagian timur sambil menyebut :
LOA LEDOH EE.. MA ANA MALA AU DEI,
MA AU A AMA ALA LOA LEDOH DEI
(Terjemahan : Hai Kebesaran MATAHARI dan BULAN jadikanlah saya sebagai anak kandung kalian begitu juga sebaliknya). Selesai ucapan ini sopi di dalam gelas tersebut langsung diminum dan beberapa tetes disiram ke tiang nok. Lalu beralih ke tiang nok bagian barat dan memeluknya. Setelah dipeluk maka mereka akan berkata :
NARA FAI EE.. AU TAO HATA NAI AU SODAN, BOE OO AU AMA HENA NEU LOA LEDOH MA NARA FAI.
(Terjemahan : OOO NARA FAI ….Saya ingin berbuat sesuatu dalam kehidupan ini, biarlah saya selalu berharap kepada kebesaran LOA LEDOH dan NARA FAI). Selesai ucapan ini sopi di dalam gelas langsung diminum dan beberapa tetes di siram ke tiang nok. Usai ungkapan ini, barulah menyampaikan maksud dan tujuan.
Maksudnya agar saudara mereka cepat pulang dalam dua atau tiga hari, maka dalam waktu yang diinginkan, saudara mereka pasti pulang. Belakangan kepercayaan ini hilang, karena pengaruh agama Kristen. Sementara etnis Rote juga percaya, bahwa di kehidupan leluhur pertama mereka telah diadakan sumpah serapah antara dengan KILAT, PETIR dan GUNTUR. Isi sumpah tersebut adalah sepanjang keturunan mereka dilarang saling mengambil barang milik sesama. Bagi yang melanggar akan menerima murka leluhur, berupa disambar KILAT, PETIR, GUNTUR atau keluarga, rumah dan kampung mereka di landa bencana alam dan dicabut badai topan. Kepercayaan terhadap penguasa jagat raya tersebut masih dipertahankan oleh segelintir orang sakti (orang pintar) di komunitas etnis Rote. Mereka menganggap PETIR, KILAT dan GUNTUR sebagai sebuah kekuatan yang dasyat serta bisa dipergunakan sebagai senjata perang dan lain-lain. Caranya bermacam-macam tergantung keperluan, misalnya binatang atau barang seseorang yang hilang dengan tidak tahu siapa yang pengambilnya. Sipemilik barang tidak perlu sibuk melapor ke polisi atau penyidik setempat, melainkan melakukan ritual kepada PETIR, KILAT dan GUNTUR, kemudian PETIR, KILAT dan PETIR yang mencari siapa pelakunya. Setelah ritual dilakukan dalam tempo dua sampai tiga hari, bagi yang mengambil barang tersebut akan disambar PETIR, KILAT dan GUNTUR hingga hangus (gosong). Bahkan untuk mendapatkan sesuatu yang dinilai harus dan perlu, mereka selalu menyembah kepada Matahari dan Bulan, misalnya meminta ilmu kekebalan tubuh agar tidak tertembus senjata api, parang, pisau dan batu dan atau mereka mengiginkan kekayaan berlimpah ruah. Karena anggapan mereka, bahwa kedua benda itu adalah sumber kekuatan dan kekayaan, atau dalam syairnya disebut, mane sai mana sure su’i ma nduk nosok mana ketu parani. Artinya, matahari sumber kekayaan dan bulan pusat kekuatan. Masih seputar itu, etnis Rote mengakui bahwa pada zaman leluhur pertama karena memiliki hubungan saudara, antara leluhur di langit dan di bumi selalu mengunjungi, bahkan leluhur di bumipun untuk mendapatkan penerangan mengambil api ke langit. Dan hubungan ini baru terputus setelah peristiwa Bei Sei’uk dank arena kerasnya ayunan alu dari para wanita ketika melakukan menumbuk padi, membuat langit semakin menjauh. Pada hal menurut mereka, langit dan bumi waktu itu hanya jauhnya sedepah. Kalau tuturan ini benar, maka sangat singkron dengan pertanyaan astronot asal Amerika, Neil Amstrong, bahwa ketika pesawat mereka hendak mendarat, dikejauhan mereka melihat binatang-binatang dengan rupa yang aneh sedang memandangi mereka dari para bebatuan. Apakah binatang-binatang aneh yang dimaksud Ne’il Amstrong adalah anjing-anjing Bei Sei’uk?. Memang sulit dijelaskan.
LAY HU (langit) beranak :
1. ELU LAIN (Angin Badai) beranak : ELU TONGGO (Angin Topan) beranak : NDELA ELU (Kilat) beranak : NGGEFA NDELA (Petir)
2. TATA LAY (GUNTUR) beranak : ANI TATA (angin kincang yang dingin), beranak : UDA ANIN (angin datang bersama hujan) beranak : OE UDAN (air hujan), beranak : UDAN (hujan).
BELA HU (bumi) beranak : BATU BELA beranak : DAE BATU beranak : MBAKI-MBAKI DAE/PAKE-PAKE DAE) beranak : HUN MBAKI-MBAKI/HOM MBAKI-MBAKI beranak : LAY HUN beranak : EDA LAIN beranak DAMEDO EDA beranak : PALAPE DAMEDO beranak : NGGEO PALAPE beranak : KADE NGGEO beranak : LUTU KADE beranak : LIU LUTU beranak : NOA LIU beranak : NOA SAIN beraak :
1. SI NOA
2. LASI NOA (Keturunan orang Rote)
3. OE NOA
**Penulis adalah pemerhati Adat dan Budaya Lokal Rote Ndao dan Menjabat sebagai anggota Forum Peduli adat budaya Kecamatan Rote Barat Daya**


Kapan Etnis Rote Mengenal Alat Musik?
Penciptaan alat musik tradisional berupa GONG, TAMBUR dan SASANDU mengikuti 3 (tiga) tahapan peradaban leluhur yaitu:
1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Masa ini terbagi lagi dalam dua bagian peradaban antara lain :
1. BERBURU
Kehidupan para leluhur pada zaman ini masih mendiami lubang-lubang jurang dan goa yang dalam syair adat setempat dikatakan, “ara bei bambi le’ak do ara bei soru luak, ” yang artinya, “mereka masih berteduh di lubang-lubang jurang dan goa”.
Di masa ini leluhur masih bergantung hidup pada hasil buruan binatang hutan yang dalam syair adatnya disebut, “ARA BEI SOUPU KUE MA BAFI LASIR”. Yang artinya, “mereka masih berburu musang dan babi hutan”. Pada masa itu, kehidupan leluhur sangat primitif dan belum mengenal pertanian dan perkebunan, bahkan belum tahu cara bercocok dan memasak makanan yang baik. Merekapun masih mengkonsumsi daging-daging mentah berbulunya, atau dalam dialeg adatnya disebut, “ARA BEI FOLO BULU MA ARA BEI RA’A MATAK,”. Yang artinya, “mereka masih memakan daging mentah dengan bulunya”. Karena hidup dengan perburuan dan tahu persis kehidupan binatang hutan, maka untuk mengarahkan keturunannya untuk tetap mempertahankan kekerabatan dan kerukunan, mereka mengumpamakan pengempolokan babi dan ayam yang selalu berkelompok dan bersama. Dalam syairnya, dikenal “ama bua-bua busa bua, ma ama mao-mao manu mao”. Artinya, “Eratkanlah tali persaudaraan dan kerukunan, seperti anjing dan ayam yang selalu bersama-sama”,


Peralatan perang, masak, makan dan minum, termasuk alat musik tradisional, berupa GONG yang dikenal dalam dialeg adat disebut, MEKO BATU, yang artinya, Gong Batu, semuanya terbuat dari sejenis BATU MANGAN. Alat musik ini tidak di bawa kemana-mana seperti GONG dan TAMBUR yang dimiliki saat ini. Selalu tersimpan di dalam lubang-lubang JURANG dan GOA. Ketika penulis melakukan pantauan ke beberapa ex nusak, misalnya Thie, Dengka, Keka dan Oenale. memang terdapat beberapa goa yang didalamnya tersimpan gong-gong yang terbuat dari batu. Dan ketika seseorang memukulnya akan memantulkan bunyi yang tidak berbeda dengan gong besi. Sedangkan hasil penelitian A. Bucher berkembangsaan SWISS, di dalam buku Paul A. Haning menjelaskan, bahwa di zaman batu (paleolitikum) telah ditemukan beberapa benda serpih bilah di daerah Niki-Niki (Timor Tengah Selatan), pulau Rote, pulau Flores dan beberapa pulau kecil lainnya, berupa kapak genggam, kapak lonjong, pisau, mata panah dan lainnya.  Oleh karena itu, sangat kuat dugaan, bahwa di pulau Rote pada zaman paleolitikum telah diciptakan alat musik GONG plus TAMBUR. Berdasarkan hal tersebut, penulis menyangkali tulisan PAUL. A. HANING, dalam bukunya yang berjudul, “SASANDU ALAT MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT ROTE NDAO, Tahun 2009, Bab III, Halaman 7, Alinea II yang menjelaskan, bahwa alat musik yang mula-mula diciptakan ialah GONG, atau disebut MEKO/MEO. GONG/ME’O yang bahannya terbuat dari potongan papan, yaitu  pohon BINA dan pohon BAMBU.
2. Zaman Nomaden (berpindah-pindah)
1. Melaut
Dalam melaut, para leluhur belum mengenal cara membuat perahu atau kapal. Pencarian ikan atau lainnya hanya di kedalaman air dangkal dengan menggunakan pola tradisional. Karena itu untuk mengarahkan keturunan mereka untuk tetap mempertahankan kekerabatan dan kerukunan, mereka selalu mencontohkan perkumpulan ikan-ikan yang bepergian selalu berkelompok dan selalu hidup rukun, atau dalam syairnya, disebut, “Ama Leo Kuku Laek Fo Ama Ma La’o Ao Ma Ama Leo Tia Tasik Kara Fo Ama Ma Tia Ao”. Artinya, “jadilah seperti ikan dan keong batu yang selalu bergerombolan dan bahu membahu, saling menolong dalam duka atau cita”,
2. Gembala
Pada masa ini, leluhur etnis Rote telah mengenal tentang bagaimana menggembala hewan peliharaan mereka, seperti  kerbau, kuda, babi, kambing, ayam, anjing dan lain-lain. Sehingga menurut beberapa tokoh adat, bahwa di zaman ini, para leluhur selalu berkelana mencari rerumputan hijau dan sumber air, yang dalam tuturan syair adat dikatakan, “ara bei sanga na’u nulak ma ara bei sanga oe ne’uk, Selain syair di atas, terdapat syair lain yang juga memiliki makna yang sama yaitu, “ngggoro na’u, ma sangga oe ne’uk”. Artinya, “mereka pergi mencari rerumputan hijau dan air yang jernih”. Di kehidupan inilah baru leluhur diberikan hikmat untuk membuat MEKO AI (gong  kayu) atau dalam ungkapan dialeg setempat disebut, MEKO AI. Selain GONG KAYU, leluhur juga menciptakan TAMBUR atau dalam dialeg etnis THIE MAU disebut, LABU. Alat musik ini terbuat dari kulit hewan peliharaan mereka. Dari para leluhur mulai mengenal TAMBUR sebagai salah satu jenis alat musik, barulah mereka padukan dengan bunyi gong, kemudian mereka menamainya dengan nama, MEKO LABU. Atau dalam syairnya disebut,  “gong tambur”. Bahkan hingga hari ini, bila seseorang sedang bergembala atau menjaga sawah, selalu menuntun dan membunyikan tambur kecil. Alat ini selain sebagai alat pengusir burung juga sekaligus merangkap sebagai alat penghibur. Tradisi pukul tambur kecil di sawah atau di rumah ini, hampir punah. Sedikit masih terlihat di ex Nusak THIE.  Sedangkan Kecamatan lain sudah hampir tidak terdengar lagi. **

Etnis Rote Ndao Mengenal Tempat Makan Sirih Pinang
(Ndunak dan Tondas)
OLEH : JON YOSEP HENUK
Pada zaman berpindah-pindah (nomaden), di Pulau Rote, hidup dua (2) orang leluhur, masing-masing bernama, TOU MALELAK (artinya = laki-laki pintar dan pandai) dan TOU KAMA SU’IK (artinya= laki-laki kaya raya). Kedua leluhur ini tidak pernah akur. Mereka saling bermusuhan dan sering bersaing di dalam mempertahankan kehormatan dan harga diri masing-masing.
Menurut Tou Malelak, bahwa  meskipun Tou Kama Su’ik, adalah laki-laki terkaya, tetapi ia adalah orang yang bodoh. Begitupun dengan Tou Kama Su’ik, bahwa meskipun Tou Malelak adalah laki-laki terpintar dan pandai, tetapi dia sangat miskin dan melarat. Baik Tou Malelak dan Tou Kama Su’ik, selalu mengandalkan kelebihan  masing-masing, namun di balik kelebihan mereka itu sebenarnya terdapat kekurangannya pula.
Suatu ketika, Tou Kama Su’ik yang dilanda sakit berat (kritis), dan tinggal menunggu detik-detik kematiannya, berkhayal jangan sampai ia dikuburkan oleh anak-anaknya dengan cara yang tidak terhormat. Sementara dia adalah orang terpandang karena memiliki harta dan kekayaan yang berlimpah-ruah. Atas kepikiran ini, lalu dipanggilnyalah anak-anaknya untuk ditanyai satu persatu. Namun dari sekian anak-anaknya, tak satupun dapat memberikan jawaban yang berkenan di hati To’u Kamasu’ik.Keadaan Ini membuat Tou Kama su’ik stress dan sakitnya semakin parah lagi. Disuatu hari,barulah teringat akan Tou Malelak, namun dalam ingatannya, Tou Malelak adalah musuh bubuyutan, dan bagaimana mungkin dia bisa meminta bantuan darinya?. Pikir dipikir, akhirnya dengan sedikit kerendahan hati, terpaksa ia menyuruh anak-anaknya pergi untuk menghadirkan Tou Malelak. Mendengar bahwa dirinya dipanggil dan diajak untuk bertemu Tou Kamasu’ik, awalnya Tou Malelak hendak menolak, tapi mendengar kabar bahwa Tou Kamasu’ik sedang sakit berat, akhirnya Tou Malelak pun rela bertemu Tou Kamasu’ik.
Dihadapan Tou Kamasu’ik, Tou Malelak menanyakan perihal pemanggilan dirinya. Lalu Tou Kamasu’ik menceriterakan, bahwa ajalnya sudah dekat, dan dia menginginkan agar anak-anaknya dapat menguburkan jasadnya secara terhormat berbeda dengan penguburan-penguburan sebelumnya, tetapi tidak satupun memberikan pernyataan yang pas dengan keinginannya, maka dirinya menginginkan agar Tou Malelak dapat memberikan sedikit pendapatnya. Mendengar  perkataan Tou Kamasu’ik demikian, lalu Tou Malelak bertanya kepada Tou Kamasu’ik, bahwa semasa muda, kuat, dan sehat kamu menggembalakan domba-domba sejauh mana saja. Kemudian kata Tou Kamasu’ik, bahwa waktu dia masih muda, kuat dan sehat selalu menggembalakan hewan-hewannya dari matahari terbit hingga matahari terbenam. Dari ujung timur hingga bagian barat pulau Rote. Setiap pagi, siang dan malam, selalu berkawan, berteman dan bersahabat dengan semua orang, baik kecil, besar, tua, muda, laki, perempuan dan bahkan anak-anak. Penjelasan Tou Kamasu’ik demikian, Tou Malelak dengan spontan menjawab, bahwa semua anak-anak perempuan segera menganyam ndunak (tempat makan sirih pinang bagi kaum perempuan/wanita) dan anak-anak laki perlu menganyam tondas (tempat makan sirih pinang bagi kaum laki-laki), agar siapapun yang datang menghadiri upacara penguburan dan begitu mendudukan dirinya pada tempat duduk maka ndunak dan tondas segera dikasih. Dari peristiwa kematian Ttou Kamasu’ik inilah, Ndunak dan Tondas dikenal oleh etnis Rote Ndao hingga saat ini. Bahkan budaya memberikan tempat sirih pinang inipun masih diberlakukan.
Penulis adalah Anggota Forum Adat dan Budaya Kecamatan Rote Barat Daya.   

PERNYATAAN PARA ASTRONOT TENTANG BULAN
Judul: Re: adakah bumi yang lain
Ditulis oleh: mozzpunkz pada Agustus 31, 2008, 03:58:54

Adakah kehidupan lain diluar bumi???

Meskipun pertanyaan yang sedikit aneh ditelinga kita, tapi coba kita renungkan..berapa banyakkah planet dan galaxy, benda langit lain yang bertebaran diluar sana??...Berapa ribu atau berapa jutakah benda langit di jagad raya ini yang mirip atau lebih dekat sama persis dengan bumi kita, apakah Tuhan hanya menciptakan benda langit yang dapat dihuni oleh makhluk seperti kita ini hanya terdapat dibumi yang kita ketahui selama ini, atau di belahan jagad raya ini juga terdapat suatu kehidupan yang sama persis dengan bumi kita atau mungkin peradaban nya lebih maju dari kita??..makhluk cerdas dari luar bumi yang sampai saat ini tidak pernah surut diperbincangkan oleh banyak ilmuwan…

Bulan.., semuanya pasti kenal dengan benda mungil ini, benda mungil yang slalu kita liat menemani malam malam kita, slalu menampakkan wajah cantikkya menghibur makhluk bumi yang dalam kegelapan dan kesepian, tapi asal tau aja, wajah bulan yang selama ini kita liat hanya separuh dari bagiannya, sedangkan separuhnya lagi kita tidak pernah melihatnya, Bagian bulan yang terlihat dari bumi/menghadap bumi itu tidak pernah berubah.
Dalam pencarian jejak kehidupan cerdas di luar Bumi Bulan memang masih penuh dengan misteri. kita belum memahami sisi gelapnya bulan yang tak terlihat itu. Dikatakan, pada sisi gelap bulan itulah berkembang suatu kehidupan cerdas. Nampaknya, para makhluk-makhluk tersebut sangat strategis dalam memilih tempat untuk membangun pusat peradaban mereka disana, karena tidak mudah terpantau dari bumi. Ufology menyebut pangkalan makhluk-makhluk itu sebagai "Luna". Sejak misi Apollo pertama yang mendarat di bulan (Apollo 11), makhluk-makhluk itu seakan-akan tidak menyukai kedatangan manusia kesana. Itu ditandai dengan selalu munculnya benda-benda terbang misterius yang selalu mengikuti dan seperti menghalangi jalannya pesawat-pesawat ruang angkasa seperti 7 misi Apollo dan beberapa misi Gemini ke Bulan.

Dunia Ufology, mengatakan ada sebuah pangkalan makhluk asing di Bulan yang sangat rahasia. Walaupun masih sebatas spekulasi, tanda-tanda akan hal ini pernah dialami oleh sebagian daripada kita yaitu para Awak Apollo yang mengunjungi bulan. Dari 7 misi Apollo ke Bulan ( Apollo 11 - 17 ), hanya Apollo 13 lah yang mengalami kegagalan akibat terjadinya kebocoran modul servis yang menyebabkan hilangnya persediaan oksigen, air, listrik, dan fungsi mesin. Beruntung para Astronot Apollo 13 semua dapat terselamatkan. Saat mengunjungi bulan, terdapat beberapa kejadian aneh yang dialami oleh para astronot Apollo. Nampaknya ada yang merasa terusik oleh kedatangan mereka kesana, dan itu ditandai dengan munculnya serangkaian kejadian-kejadian aneh dan ganjil pada saat para Astronot mendekati satelit alami bumi itu. Benarkah ada suatu pangkalan kehidupan cerdas di bulan yang sangat misterius?

Sebenarnya, kecurigaan-kecurigaan mengenai adanya kehidupan makhluk cerdas di bulan ini sudah dapat teramati fenomenanya oleh manusia di bumi. Laporan banyak berdatangan dari para ahli perbintangan maupun para peminat astronomi dari beberapa negara di seluruh dunia, termasuk dari Indonesia. Dedi Suardi contohnya, tatkala mengamati bulan dengan teleskopnya, pria yang dikenal sebagai seniman, penulis dan peminat serius astonomi ini menyaksikan kejadian aneh di permukaan bulan. Pada saat ia mengamati bulan dengan teropong bintang Calestron Catadiotric yang berdiameter 8 ichi, ia tiba-tiba melihat benda hitam mirip anak panah yang dengan gesitnya hilir mudik dari ujung tanduk bulan ke ujung tanduk yang lain. Lebih fantastis lagi, guna mencapai sisi bulan yang lain, benda aneh itu hanya memerlukan waktu 1/2 detik!!kejadian ini berlangsung satu jam sebelum lenyap dari pandangan teleskop. Munculnya beberapa obyek-obyek misterius di sekitar bulan juga sempat dilaporkan oleh para pakar perbintangan Amerika dan Perancis jauh sebelum misi Apollo dilaksanakan yaitu ditahun-tahun disepanjang 1920 - 1930 an. Disepanjang era itu, memang kerap muncul laporan dari para ahli perbintangan mengenai munculnya segerombolan benda-benda terbang yang bersinar dan bergerak hilir mudik di sekitar bulan. Bahkan laporan-laporan tersebut sempat menghiasi surat kabar dan jurnal-jurnal disepanjang tahun tersebut.
(http://img505.imageshack.us/img505/1499/apollo14picturemk0.jpg)
Obyek Terbang bercahaya yang Berhasil Diabadikan oleh Astronot Apollo 14

Hal yang semakin menggairahkan para peminat astronomi termasuk ufology adalah ketika munculnya laporan mengenai adanya sebuah "jembatan" misterius dipermukaan bulan sepenjang beberap mil yang disaksikan oleh seorang ahli perbintangan terkenal John O'Neill. Pada tanggal 29 Juli 53, ia memang menyaksikan obyek "jembatan" aneh yang memanjang 12 mil di daerah Mare Crisium Bulan. Namun entah mengapa, beberapa hari kemudian jembatan aneh tersebut menghilang. Apakah benar makhluk-makhluk cerdas itu membongkarnya dengan sebab jembatan itu terlalu mencolok sehingga dapat dengan mudah diamati oleh manusia di Bumi? (mengingat letaknya juga tidak pada "dark side" dari bulan itu sendiri)

Sementara kesaksian O'Neil tersebut banyak dicemooh oleh para astronom lain, muncullah kesaksian pakar bulan nomor wahid dari Inggris H.P.Walkins, yang menandaskan bahwa ia pun menyaksikan jembatan aneh yang tiba-tiba muncul itu!! Setelah itu, Patrick Moore, anggota British Astronomical Association, juga melihat jembatan di Bulan yang menghubungkan satu gunung dengan gunung lainnya di dataran Mare Crisium/ Sea of Crysis. Yang lebih aneh lagi, 84 tahun sebelum kesaksian O'Neill, Swift dari Matton II, menyaksikan obyek-obyek yang bergerak melintasi bulan pada tanggal 7 Agustus 1869, dua puluh menit sebelum terjadi gerhana matahari total. Bahkan lima tahun sesudahnya, tepatnya pada tahun 1874, Monsieur Lemey, pakar langit dari Perancis, melaporkan bahwa dirinya melihat objek-objek yang jumlahnya sangat banyak, berwarna hitam, berbondong-bondong melintasi permukaan bulan.

Seorang astronomer Jerman bernama J.H. Schroeter, yang hampir sepanjang hidupnya mengabdikan diri pada pembuatan peta Bulan, pada tanggal 26 September, 1788, melihat sebuah sinar cerah keputihan, persis seperti bintang, tiba-tiba berkilauan disekitar puncak-puncak dipermukaan bulan Alps dekat kawah atau kepundan Plato. Sinar itu terus menerus memancar kira-kira lima belas menit untuk kemudian hilang. Terang sinar ini tidak mungkin berasal dari sebuah meteor.

Di Lowell Observatory di Arizona, pada tanggal 30 Oktober, 1963, seorang astronomer lain, John Greenacre menyaksikan sinar merah dipermukaan Bulan. Sinar itu menurut Greenacre amat kuat hingga "mirip dengan batu permata ruby yang besar."
Baru-baru ini sebuah survey mengenai buku buku dan laporan astronomer membuktikan bahwa telah dibuat 400 laporan mengenai kejadian bulan yang aneh seperti itu dalam suatu periode yang lebih panjang dari 400 tahun. Study cermat ini dilakukan oleh dua orang astronomer terkemuka, Patrick A. Moore dari Armagh Planetarium di Irlandia Utara, dan Barbara M. Middlehurst, dari Lunar Anda Planetary Laboratory, University of Arizona.

Faktanya, dari seluruh kejadian misterius di bulan yang berhasil diamati dari bumi ialah cahaya-cahaya aneh dan misterius tersebut berasal dari daerah Mare Crisium, daerah yang tepat sama dengan munculnya jembatan besar yang dilihat oleh O'Neill dan H.P. Wilkins pada tahun 1950-an. Berlusin-lusin astronomer melihat cahaya-cahaya yang kerap membentuk formasi-formasi geometri ini, seakan-akan ada suatu kecerdasan yang mengendalikannya.
(http://img510.imageshack.us/img510/9620/nasa3aqu4.jpg)
Obyek terbang bercahaya yang berhasil diabadikan Astronot Apollo 15 di Bulan

Lalu, Adakah sinyal-sinyal membingungkan yang telah mereka kirimkan kepada kita untuk menegaskan bahwa mereka benar-benar eksis?

Suatu hal yang menarik dari pertanyaan diatas ialah bahwa pada periode tahun 1927 - 1934 , dimana pada saat itu merupakan masa permulaan dari teknologi radio kita. Ada beberapa sinyal-sinyal misterius yang berhasil ditangkap di sekitar bulan. tanda-tanda radio ini berhasil ditangkap oleh beberapa penyelidik radio. Salah satu tanda ini berhasil diterima oleh Marconi Tesla.

Di tahun 1956, kembali diterima sinyal-sinyal misterius yang diterima oleh para astronom di Ohio University. Sinyal-sinyal membingungkan ini dikatakan dikirimkan oleh suatu obyek yang bergerak sangat cepat menuju ke Bulan, dan obyek ini berhasil diamati oleh para astronom, baik di Ohio University maupun beberapa astronom Inggris. Tak bisa dimengerti, apa arti dari sinyal-sinyal yang mereka kirimkan kepada kita ini?

Astronot pertama yang melihat UFO ketika sedang mengorbit adalah Mayor Gordon Cooper, selama misi penerbangan mercury 21 orbit dengan Faith 7 (15 Mei, 1963). Ketika sedang melakukan orbit yang keempat dan persis berada diatas Hawaii, ia melaporkan mendengar transmisi suara yang aneh yang dinamakannya "bahasa asing yang tidak dipahami". Ternyata ,suara itu memotong channel VHF yang khusus ditujukan untuk penerbangan angkasa luar. 'Suara yang direkam itu ternyata tidak cocok dengan bahasa apapun yang terdapat didunia ini. Akhirnya terbukti bahwa suara itu tidak diucapkan oleh lidah bangsa apapun didunia ini, Akhirnya terbukti bahwa suara itu tidak diucapkan oleh lidah bangsa apapun di dunia ini, tapi di katakan berasal dari lidah yang sama sekali asing bagi dunia kita ini. Walaupun para ahli NASA telah memutar kembali rekaman itu berkali-kali mereka tetap tidak bisa menganalisa-nya, demikian menurut salah satu sumber yang bisa dipercaya.
(http://img411.imageshack.us/img411/3254/ufoballdh6.jpg)

Kemudian, hampir sebagian besar Astronot Apollo maupun Gemini melihat UFO pada saat memasuki orbit Bulan. Para Astronot Apollo selalu diikuti UFO pada saat perjalanan menuju bulan. Bahkan, ada foto-foto yang membuktikan hal ini semua, terutama foto sebuah UFO yang berhasil diabadikan oleh para astronot Apollo 14 dan 16. Beberapa foto juga memperlihatkan adanya benda-benda terbang misterius yang melayang-layang diatas para astronot di permukaan bulan.

Pada penerbangan Gemini 9 lebih mencenangkan lagi. Pernyataan yang dikeluarkan oleh NASA menyebutkan terjadi guncangan pada tubuh pesawat yang disebabkan oleh benturan obyek terbang berbentuk cakram. Tak hanya itu, bahkan pada misi sebelumnya Juni 1965, Mayor James McDivitt, dan pejalan diangkasa luar pertama, Mayor Edward White melihat dan memotret sebuah benda bercahaya berbentuk seperti telur yang mendekati kapsul Gemini 4 yang sedang diorbitkan. Para astronot menyaksikannya, namun tak mengerti sebenarnya benda apakah itu?

Misi Apollo 11 ke bulan juga ditandai dengan sambutan yang kurang bersahabat. Pada saat pesawat mendekati bulan, para astronot mendengar suara-suara radio aneh yang berbaur dengan siaran radio luar angkasa. Bahkan Mission Control dibuat bingung oleh hal ini.
Suatu laporan yang tidak terkonfirmasi menyebutkan bahwa pada waktu Buzz Aldrin membuka pintu setelah Apollo 11 mendarat di bulan, ia melihat makhluk transparan yang sedang memandangnya dari luar pesawat. Bahkan, ada suatu laporan dari anggota angakasa luar NASA, Otto Binder yang mengisahkan mengenai munculnya sebuah UFO di atas permukaan bulan. Aldrin dan Amstrong menyaksikannya. Binder melanjutkan kisahnya dengan laporan yang mengejutkan dan hampir tidak bisa dipercaya ini : "Agaknya ketika kedua astronaut Aldrin dan Armstrong sedang berputar beberapa jauh dari LEM, Armstrong mencengkam lengan Aldrin dengan bersemangat dan berseru : "Apa ini? Ya ampun, apa ini? Itulah yang ingin kuketahui."

Pada misi Apollo 11, umat manusia di bumi yang diwakilkan oleh beberapa Astronot Apollo 11 dan Presiden Amerika Serikat saat itu Richard Nixon, telah menyapa para penghuni bulan (apabila memang benar ada) dengan salam hangat dan penuh kedamaian. Hal itu dilakukan oleh Niel Amstrong dan Buzz Aldrin yang menancapkan plakat yang telah ditanda tangani oleh mereka bertiga, bertuliskan demikian : " Here man from Planet Earth First Set Foot Upon the Moon. July 1969 A.D. We Came in Peace for All Mankind "

Itulah pesan dan salam yang kita tinggalkan kepada para penghuni bulan dan para penjelajah luar angkasa lainnya, agar kita dapat menandakan bahwa manusia bumi pernah mengunjungi bulan, kita datang dengan damai bagi mereka. Namun sepertinya para penghuni bulan belum sepenuhnya yakin akan pesan ini mengingat misi Apollo selanjutnya, mereka selalu mencurigai kedatangan kita kesana. Apakah mereka merasa terancam dan takut apabila manusia bumi membangun pusat penelitian dan menguasai tempat mereka tinggal?

Memandang bahwa di bulan terdapat suatu basis makhluk cerdas memang bukan tanpa dasar, sebab para astronaut menyaksikan benda-benda aneh itu. Bahkan sebagian besar ilmuwan yang obyektif harus mengakui bahwa terdapat kejadian yang tidak bisa diterangkan berlangsung di atas permukaan Bulan dan sekitarnya.
Bukti-bukti lain mengenai adanya sesuatu yang tak biasa di permukaan bulan adalah mengenai beberapa foto satelit yang berhasil diambil oleh pesawat ruang angkasa milik Amerika (NASA) dan Rusia. Dari beberapa striktur-struktur permukaan bulan yang berhasil diambil, terdapat obyek-obyek/struktur-struktur misterius yang hanya bisa dilihat apabila dilakukan perbesaran beberapa kali. Pesawat Ruang Angkasa Amerika Serikat, RANGER II yang mengabadikan lebih dari 200 lembar foto di permukaan bulan juga sempat menagkap gambar beberapa obyek terbang misterius yang melayang di sekitar kawah bulan.

Pada Misi Apollo 12 ternyata tidak lebih baik. Roket Saturnus yang besar mengangkut tiga astronaut Charles "Pete" Conrad, Dick Gordon dan Allan Bean, ke Bulan pada hari Jumat 14 Nopember, 1969, ternyata juga mengalami kejadian yang aneh. Waktu Apollo 12 baru saja berada pada ketinggian satu mil setengah di atas Bumi, ada suatu cahaya kilat yang menyerang secara tiba-tiba. Kejadian itu mengakibatkan semua peralatan listrik pesawat angkasa luar itu terhenti, meninggalkan baris demi baris ombak sirkuit besar yang tiba-tiba terbuka yang memancarkan nyala hijau terang.

Overloading menyebabkan peralatan fungsional lainnya tidak bekerja, semua sistim macet. Secara otomatis, sistim sel bahan bakar pesawat itu tiba-tiba terputus.
Untuk sejenak, seakan-akan semuanya akan musnah, tapi para astronaut tetap tenang dan kira-kira tiga menit kemudian semua kekuatan dan sistim pesawat pulih kembali. Dari mana asal datangnya kilat yang menyerang itu tetap menjadi misteri bagi para ahli angkasa di bumi ini.

Semoga dapat membantu...... ;)